Tuesday, June 26, 2012

244


iLaLang ...
teguh dalam kelembutan ...
tak mudah terpatahkan …

243


akhirnya
kesegaran itu menyapa
diantara semburat mentari

242


panas ...
silau ...
gerah …

241


denting-denting yang berbunyi
sadarkan diri dari lamunan panjang
tak terasa malam semakin larut
ku masih terjaga

240

malam demikian senyap mengendap 

tak ada suara 

tancapkan hitam di gantungan malam

239



heningku ini
redupkan semua lentera
yang menyala

238



bintang mengangkasa
di langit biru
bebas tak terikat

Wednesday, June 20, 2012

237


keceriaan tanpa gemerlap
kelucuan yang selalu terkenang
kejutan yang indah
dan tiada bosan untuk tertawa

236


putih sebagai siang
melukis cita rasa gemerlap
ketika Tuhan
tengah menaburi kita
dengan segenap rahmat dan nikmat

235


angin menghantarkan biduk cinta
menuju pantai harapan

234


moon are swimming clouds
moon was happly swimming
moon was beauty of the sky
sky was not beauty for the moon

233


never sad but always fresh and happy

232


hangat mentari menyapa dengan lembut
sapaannya mampu menggugah gairah
menuju iman, pengharapan dan kasih

231


hidup adalah untaian waktu
ada siang ...
ada malam ...
berganti secara kodrati
mengikuti aturan Tuhan

230


maLam yang panjang
terasa hanya sesaat
ketika mata terpejam

229


apakah yang dijanjikan
oleh gerimis
kepada pelangi
sehingga warna-warni itu
ikhlas membentang
lalu perlahan menghilang
tanpa gugat gerutu

228


senyum
akan membuat kata-kata
bagai puisi
menari-nari indah

227


Jingga sebagai pagi
saat dimana harapan kita yakini
akan selalu ada
dan datang menyapa

226


bulan yang bergelut
dengan rutinitas malam
dan mentari yang menunggu waktu
tuk rutinitas pagi
bukanLah rutinitas
yang membosankan

225


jangan berputus asa
tetaplah berlari
dengan dekap
seulas harap

224


ada kalanya
resah hadir
pada saat-saat
tak diinginkan

223


hanya Dia
penggenggam hati
penggenggam mimpi

222


aLfaBeTa
merangkak meminta
untuk terus bersenandung

221


keLopaK maWar
tAk aKan meKar
tAnpa teTes emBun
di HeLai daUnnya

220


siapkah
menghadapi
kemestian dan kepastian ... ?

219


aku bercinta
dengan kata
dan menjadi satu
kenangan indah

218


manakala henti kaki
mencari beribu penemuanpun
luruh

217


raHaSia peLangi 
ada pada huJan

216


Saat tangan hati menyentuh
suka menjadi senyum
dan
duka menjadi tawa
Adakah rasa yang lebih indah dari semua itu ?

215


dunia tidak hanya berisi
mahligai susah, hitam dan putih yang ekstrem
tetapi ada warna lain yang indah

214


Jangan pernah merasa
kalah dan patah
karena tempaan
sebab itu
yang membuatmu
lebih baik

213


ketika hatimu berbicara
beranjaklah
dan pergi
kemana hati membawamu

212


Hidup ini
seperti lipatan-lipatan
dalam buku
berakhir dalam satu bagian
tak berarti berakhir untuk selanjutnya

211


setiap orang
tidak mungkin
tidak mempunyai rahasia
sekecil apapun
atau setidak penting apapun

210


Tuhan
tidak menjadikan manusia
hanya dimakan usia

209


sadar atau tidak
dalam kehidupan keseharian
diantara kita
belum mencerminkan
gaya hidup yang selaras

Wednesday, June 13, 2012

208

dalam sibukpun 
tak pernah hilang rasaku 
ditelan kata dimakan tawa 
tanpa asa 
meski berkali-kali gema itu 
kembali dengan percuma


207


angin bertiup semilir 
menerbangkan debu 
yang perlahan menyusup ke sela mata 
hingga kurasakan pedih 
dan perlahan menggenang di pelupuk 
lalu mengalir melewati pipi 
meninggalkan jejak basah 
sebab rindu 
yang sudah tidak terkatakan lagi perihnya

206

inginku 
angin pagi menghembus 
kedalam jiwanya 
agar setiap pikiran 
dan perasaannya 
dapat kurasakan 
dan kumengerti 
serta bagaimana aku 
dalam setiap getaran hatinya

205


keluh peluhku banyak 
dan Engkau Maha Sabar
aku merasa sungguh malu 
mengapa selalu tidak mengerti 
tentang rasa itu ada 
tapi tidak tahu akhirnya bagaimana ? 
apa maksudMu membuat rahasia 
sementara aku berencana ?

204


aku adalah mahluk
yang mudah lupa dan alpa
hingga terlalu sering berucap
dan berbuat salah
tanpa tahu hingga menyakiti
tak mengapa jika akhirnya
kau ingin diam
seperti malam yang gelap
tapi jangan tumpahkan kesal itu
jika sebenarnya bukan untukku
Astaqfirrulah Al'Azim

203


Tuhan Pemilik hati ..
bolehkah aku istirah sejenak
karena lelah melangkah
dan ingin dekapan
hingga hati ini
tenang kembali ?

202


Lantunan bait-bait zikir
mengalir bersama semilir angin
di keheningan malam
dan seperti senja yang temaram
memberikan rasa tenang
seperti itu pulalah
pelukkan malam
di kala hati merepih

201


Penat begitu memekat
dalam kegelapan yang tak berujung
hanya terdengar lirih bisikan angin
meski tak selirih kidung sunyi
yang terlantun dari jiwa
yang bergayut di ranting ringkih

200


andaikan
kata pada senja
sudah tidak bisa mewakili rasa
mestikah pagi
menyampaikannya melalui angin lalu
atau malam akan menyimpan kembali
hati yang tak ingin kau miliki lagi
Selamat sore Tuhan Penyatu Hati

199


seraut wajah
sekelebat melintas
dari pandangan
seraya tersenyum membisu
seolah berkata
lama sudah tak jumpa
meski hanya seucap sapa
di dunia semu

198


Di sini ku lihat
fajar di kaki langit menyingsing
siangi belahan sisi lain
dan riak-riak awan berkapas
berangkat dari perjalanan setetes air
menjadi hujan

197


Hati akhirnya terbelah disini
kemudian satu menuju suatu kota
dan yang lainnya menjelajahi jalan raya
kalau saja gulungan awan
memberi tahu rahasia
akankah bertemu lagi
maka tak perlu menumpuk asa

196


tetes air hujan
lembut mencumbu pucuk-pucuk
dalam gigil daun pepohonan
yang mulai mengerdil
hingga menyetubuhinya
dalam lenguh atap langit
yang menahannya jatuh terhempas

195


cakrawala pagi
hanya bisa terdiam
sementara waktu
terus melangkah pasti meski tertatih
dalam timbunan dingin
Selamat pagi Tuhan Pengatur Langkah

194


masa tidak akan pernah sama lagi
seperti kemarin atau hari ini
bertahun-tahun lalu
telah terdengar suara
untuk pertama kali
dan pembuka hari yang indah
sebab biru langit itu untukku

193


Sekerat bulan itu pias
dan sungai airmata pun telah susut
meskipun langit
telah ditegakkan kembali
tapi entah kapan
bulan kan cemerlang lagi

192


Bagaimana bisa
menuliskan puisi
untuk memuji
sedangkan pena
selalu ragu
menorehkan tintanya
meski lembaran putih ini
tak lagi sabar menunggu

191


Satu persatu
kunang-kunang
memadamkan kedipannya
dan saat itu pula
kegelapan
sepenuhnya melindungiku
bersama cahaya malam

190


derai ilalang
melambai lesu
memeluk senja jingga
yang merunduk
mencari garis pelangi
hingga lebur dalam malam
saat renangi kolam angin
dalam dahaga rasa

189


Langit berawan mendung
mengiringi malam
yang tak lagi benderang
hanya kerlip kunang-kunang
menyambangi kegelapan
tuk sekedar menebar bias samar
pengantar tidur
Selamat malam Tuhan yang selalu terjaga

188


Mengapa bantalku selalu basah ?
Apakah bulan bersembunyi
di bawah bantal
hanya untuk menangis karena rindu ?
Atau justru kekasih hujan
yang setiap malam
menggenggam bantal
saat menanti datangnya hujan ?

187


keheningan malam dingin
terasa menyejukkan hati
yang kelam
saat menyerahkan diri seutuhnya
hingga meluruhkan butirannya satu satu
Tuhan teramat sangat baik
Engkau selalu ada dan membuatku bahagia

186


Selamat malam perangkai kata
terima kasih untuk cerita ringan
yang timbulkan tawa kecil
dan kini saatnya istirahat
sebab esok
masih banyak kata
yang mesti dirangkai

185


coba beringsut
dari puncak gelisah
tuk menemu jawab
bersama nafas
yang membulir di bebatang randu
hingga membangkitkan
gairah keagungan
yang mendentamkan lindu
saat jelajahi padang
yang tengah mengering

184


hari-hari
ku ikhlaskan tangan-Nya
menuntunku
pada jalan yang mempermudah
tiap langkah
dan akan selalu berdoa
agar diberi kekuatan
untuk menanti sampai datangnya takdir itu
Selamat pagi Tuhan Pemilik Hari

183


diantara dinding yang berbeda
telah ditakdirkan tidak untuk bersama
maka sudahi akhiri selesai tamati saja
cerita ini
karena darah yang mengalir
sebanyak gerimis
dan kilat tiap detik
akan lecuti tubuh tersakiti

182


Tak pernah bisa
menahan pagi lebih lama
sebab harus mempersiapkan malam
yang entah seperti apa
dengan rasa tersimpan di dada kiri
yang berdetak kian cepat
seiring datangnya senja
dan berdegup
bersama kegamangan semesta, nyatakah ini ?

181


mungkin akan mengalir bersama rindu
yang perlahan menyatu dalam diri
dan akhirnya berlabuh pada muara lautan jiwa

180


menganyam asa
dalam jaring kelabu kusut nan hampa
hanya diam
dengan bibir berbicara sendiri
bukanlah sebuah penantian
tapi kesia-siaan

179


di alam
seperti melayang-layang dalam bisu
lalu meraba-raba mencari pegangan
maka separuh nyawa
akan berpindah ke alamnya
dan kutitipkan pada Sang Empunya
semoga esok kembali ke raga

178


Pagi telah hilang
malampun bertemu
lalu berapa banyak rahasia
yang tersimpan dalam lapisan langit
yang menghitam perlahan ..
sepertinya banyak cerita
yang gelagapan disana

177


Selamat pagi Tuhan Mahapelipur Lara ..
Disaat lara selalu ingat
betapa luasnya langit
dengan awan yang berarak
membawa cahaya yg tak terbeli
dan nikmatnya sungguh melapangkan dada

176


Tuhan ..
Curahkanlah rahmatMu
dari segala arah mata angin
agar ku bisa membahagiakan
bukan hanya diriku
dengan rasa, cinta dan harapan
yang bersemayam di hati

175


Bisikan angin semakin lirih
seakan mabuk oleh sunyi
yang tak henti dituangkan
lalu ditelannya berteguk-teguk
dengan nanar
usai bercinta dengan malam

174


haruskah tetap diam
tergugu dalam rindu
yang mulai di dera asa menumpuk
yang ditabur dalam setiap nyeri
serta keping darah
bila ternyata itu hanya untuknya
dan saat kau sadari arti ketiadaanku
maka dengan susah payah
kau cabuti duri kelopak itu
dari dalam daging
lalu pada saat itu pula
beku airmata kita menjadi satu

173


bunga-bunga yang menguncup
telah mekar kemudian layu
saat musim berganti
serupa manusia pun lahir, hidup kemudian mati
sebab hidup itu suatu perjalanan
hingga dunia berhenti
dan memasuki alam yang abadi

172


Langit senja seolah menghilang
saat siang runtuh perlahan
dan kelopak-kelopak bunga luruh
bersama hamburan beribu-ribu titik air hujan

171


hanyalah cerita
yang kerap mengundang senyum
ketika rasa tumbuh silih berganti
kemudian hilang seiring waktu
yang menciptakan kenangan manis dan pahit

170


rona langitpun tersipu
menyambut gemintang
ribuan cahaya
saat menanti mentari
diantara tempias titik hujan
dan mengharapkan hadirnya
seberkas bianglala

169


Denyar kehangatan
yang sempat melingkupi diri,
sayup-sayup beranjak nanar
seraya kosongkan relung-relung nafas
dan mengisinya
dengan kepenatan yang pekat
hingga tak ada ingin yang lain selain lenyap

168


diam ..
diam ..
di kedalaman yang menyesak ..
melangut ..
bergejolak dan tetap
diam ..
diam ..
bertahan di kedalaman

167

Akan kututup telingaku 
sebab hanya keheningan 
yang ingin kudengar 
agar otak tak berhenti berlogika 
dan hati berkelahi riuh rendah 
begitu bisingnya

166

Angin .. 
aku ingin sekali terbang 
bisakah bawa aku sekarang ? 
aku ingin terbang dengan ringan 
tapi mengapa hanya melayang-layang 
di kehampaan
kau tak mau meniupku ?

165


betapa beningnya Indah-Mu 
hingga menghabiskan kata 
dalam segala bahasa 
bagai kecupan 
yang menyemangati langit 
dalam geliat pagi dan asa para insani
bulan tampak separuh di ujung malam 
menggambarkan dua sisi putih dan hitam 
seperti sekeping hati 
yang kadang purnama kadang sempit bersabit 
tapi tak pernah lelah 
mengitari bumi, matahari
dan berputar diri tiada henti

Tuesday, June 12, 2012

164

kala malam tiba 
inginku menunjuk satu bintang 
agar terbagi pijarnya 
saat hujan reda 
inginku memetik warna pelangi 
yang kan dibaurkan 
tuk mewarnai hari-hari 
ketika mulai melangkah 
inginku bisa memilih satu jalan 
walau harus melalui labirin 
yang pada akhirnya 
kutemukan keindahan iman

163


saat menghitung buih yang terdampar 
diatas pasir pantai 
mungkinkah sebanyak itu pula 
kenyerian yang tak pernah akan berakhir

162


Alunan lagu yang silih berganti 
dalam ribuan hari 
telah mengarungi sudut-sudut hati 
tetapi mengapa masih terasa sunyi dan sepi .. 
seperti itukah bila sendiri ?

161


inilah aku
terimalah dalam lautan cintaMu 
dan biarlah menemukan palung teka-teki 
yang kekal hingga dipagut rahasia 
dengan segala debar rindu 
tuk menemukan jawabMu di balik tabir 
sesibak demi sesibak 
dari cahaya cintaMu

160


kata-kata menari-nari
bermain berlompatan 
mendesing dalam igauan pikiran 
yang tak juga berhenti berpacu 
di alam khayal dan nyata

159

Percaya atau tidak 
semua selalu tak terduga ... 
penuh misteri …

158

saat mata yang seharusnya 
sudah terpejam 
masih juga tak kunjung berat 
hingga menyeret angan-angan 
menjauh dan mungkinkah 
akan menjadi sia-sia 
menuju pintu mimpi 
yang terasa semakin sulit untuk digapai

157

Meskipun sebilah bambu 
telah retak dan hancur
bukankah masih bisa 
menjadi anyaman 
sebagai alas yang nyaman 
juga dinding yang membentengi 
atau pun atap yang melindungi

156

Langitpun mencurahkan warna biru 
yang tersapu di pelupuk mata serta 
membaurkan warna di hati 
hingga menarik 
selengkungan pelangi 
pada bibir tersenyum 
yang memberi warna 
di indahnya hari

155

diam berdiri menatap timur 
dan menanti fajar 
yang biasanya 
mengajak bercanda 
dan bernyanyi 
tetapi sepertinya tidak untuk pagi tadi

154

Dalam dini pagi 
kuberserah 
di antara malam dan siang
senang dan sedih
takdir dan masa berkalang rasa 
Engkau sungguh Sang Kuasa

153


Air semakin turun 
menggelora menjadikan banjir kata 
berpetir memekakkan telinga 
hingga terjerumus lubang sendiri

152


Pergantian waktu 
selalu saja terlupakan 
antara gelap dan terang 
sebuah ruang antara 
dan tak terjangkau 
ataukah memang 
kita berada diantaranya

151

saat letih menyerpih
huruf-huruf menjadi tak beraturan 
dan berputar-putar 
seperti diterbangkan dari kepala

150


Matahari perlahan 
telah pergi 
bahkan bulanpun 
kini hanya membisu putih 
dan pucat pasi bagaikan mati

149

Langit mendung 
mengiringi malam 
yang tak benderang 
hanya kerlip lilin 
menyambangi kegelapan 
tuk sekedar menebar bias samar

148


ragu kubisikkan 
pada kelip pendar bintang 
dan bertanya 
akankah langit pagi 
kan berbias merah jambu ?

147


Langit kamar 
hanya bisa terdiam 
sementara waktu 
tertatih 
dalam timbunan dingin

146


Mata yang terpejam 
masih tak kunjung 
semakin berat 
hingga menyeret angan 
menjadi sia-sia 
menuju pintu mimpi 
yang terasa jauh untuk digapai

145


Angan riang 
bersorak dalam khayal 
yang membual 
dengan bintang-bintang semu 
yang betabur dalam kanvas otak 
nan lelah dalam palung malam 
hanya satu yang kuinginkan 
.. tidur …

144


Rautmu terhampar di mataku 
sambil membisu 
sebab lama 
sudah ku tak menyentuhmu 
karena ku tengah berada di dunia semu

143


Kuncup-kuncup mawar 
mekar bersamaan bersisian 
dengan warna berlainan 
hingga wangi-wangi 
membingungkan rama-rama 
yang terus berputar mencari sematan 
seperti rama-rama itukah kamu ?

142


Bulan .. bintang 
bak jelaga segelap hati 
dalam kembara 
yang tak jua temui ujungnya 
hingga malam mulai terasa mentah 
oleh realita dan kilasan 
yang datang membias 
lalu timbul dan tenggelam

141


haruskah tergugu 
dalam kesakitan 
di dera asa 
yang menumpuk 
dan tabur 
dalam setiap nyeri 
dan keping darah

140


Kupandangi malam dalam tanya
dimanakah sebenarnya 
negeri para embun-embun polos 
yang tak tahu kebuasan siang 
juga misterinya malam

139


Rentetan tulisan keinginan 
bertebaran dalam lembaran 
dan baru dipahami 
salah satu nilai 
menjadi harapan 
dalam perjuangan hidup

138


betapa beningnya Indah-Mu 
hingga menghabiskan kata 
dalam segala bahasa 
bagai ciuman yang meninabobokan 
langit dalam geliat malam 
dan mimpi-mimpi para insani

137

Inginku menunjuk satu bintang 
agar terbagi pijarnya 
Inginku memetik warna pelangi 
yang kan dibaurkan tuk mewarnai hari-hari 
Inginku bisa memilih satu jalan 
walau harus melalui labirin 
yang bila akhirnya 
kutemukan keindahan iman

136


diam .. 
diam .. 
di kedalaman yang menyesak .. 
melangut .. 
bergejolak dan tetap 
diam .. 
diam .. 
bertahan di kedalaman

135


kata-kata berloncatan 
mendesing 
dalam igauan pikiran 
yang tak jua berhenti berpacu

134


Kata .. 
kata .. 
kata menari-nari lagi 
bermain berlompatan 
di alam khayal dan kenyataan

133


tenggelam dalam renungan 
dan kebisingan hati 
atas segala pertanyaan 
tentang sejumput ketakutan, 
sepercik harapan, 
dan segenggam keberanian 
hanya untuk mencoba 
merabai kehidupan 
serta menelaah segala kejadian 
yang sedang dijalani meski melelahkan

132


perlahan-lahan 
kesunyian hadir kembali 
pada saat jalanan berkelip 
memeluk mata 
yang menyorot lembut 
sempit lekuk-lekuk tubuh

131


sepi ini 
menjelang lagi 
lalu karam 
di permukaan hati 
yang sesekali 
ditinggalkan dalam sunyi 
yang menyimpan kata-kata simpati

130


kesunyian 
mulai lembab 
di malam hari 
ketika saatnya 
kembali pulang 
dalam bentuk 
serpihan mimpi

129


sentuhan sunyi  
menembus pori-pori 
menghapus dahaga 
atas rindu yang menganga

128

kesunyian ini 
silih berganti 
menari gemulai 
dengan sorot lampu 
yang semakin temaram

127


sunyi itu 
entah ada dimana 
sementara sepi 
terus melabuh 
kala roda-roda berputaran 
melintasi alur jiwa 
yang masih mendiami 
jalanan lengang

126


mungkinkah 
kesunyian ini bisa terobati 
bila berada berdampingan 
hingga lirikan matanya 
akan mengaburkan 
kesunyian yang panjang 
seperti jalanan yang ditempuh

125


merintih pedih
karena kau berada jauh dari sisi
yang dapat ku gamit hanya bayangan mimpi 
yang kan hilang bila terbit sang mentari

124


Penghujung perjalanan hidup ini
Mencari jejak bayangan dirimu
Wahai dikau kekasih hatiku

123


deruan angin membawa kenangan
kenangan yg lepas
tak akan berulang
asam dan garam sudah suratan
bibit-bibit kemanisan bersama mu
terpaksa ku telan jua
walaupun ku sedar diri ku siapa

122


menyongsong pagi berselimut kabut
yang perlahan
akan meninggalkan pandangan
menuju tempatmu tuk melepas kerinduan
Betapa sulit melupa meski mata mengerjap pelan 
Rindu Ibu ...

121

dalam warna warni 
yang tersapu indah 
hingga kepolosan terlarang 
tampak banyak cerita yang gelagapan .. 
sadarkah kau 
bahkan dalam senang sedihmu 
cuma ada satu rasa

120


Awan meluruhkan titik-titik air
merintik panjang penuh cinta
meronakan dinginnya hari
yang menghantarkan indahnya pelangi
saat kembali ke ujung waktu
hanya menyapa kekasih hujan

119

masih ada lagikah 
sebuah degup di dada 
yang selalu membuat gugup 
saat binar dimata tak jua meredup 
dan jangan biarkan kebekuan menyusup


118


Meskipun rasa ini telah tersakiti
tak ingin sedikitpun membalasnya
karena di langit
gemintang masih bersinar
menantang gerimis yang turun